Lonjakan Harga Telur: Pukulan Baru bagi Upaya Fed Tekan Inflasi

Table of Contents

Harga telur di AS kembali meroket hingga 62% dalam setahun, memicu kekhawatiran baru atas kemampuan Federal Reserve (Fed) mempertahankan inflasi di jalur 2%. Meski inflasi telah turun dari puncak 7.2% ke 2.5%, krisis pasokan telur dan ancaman kebijakan tarif Donald Trump mengancam memicu spiral harga yang sulit dikendalikan.


Flu Burung dan Krisis Pasokan: Pemicu Lonjakan Harga Telur

Menurut data Datasembly, harga rata-rata satu lusin telur grade-A besar di AS mencapai **6.23∗∗perFebruari2025–naik62.36.23∗∗perFebruari2025–naik62.33.84 pada periode sama tahun sebelumnya. Penyebab utamanya adalah:

  • Wabah Avian Flu (Flu Burung): 47 juta ayam petelur dimusnahkan sejak 2024 akibat wabah.
  • Siklus Produksi Panjang: Butuh 5 bulan untuk memulihkan populasi ayam petelur setelah wabah.
  • Keterbatasan Stok: Produsen kesulitan memenuhi permintaan ritel dan industri makanan.

Carl Wienberg, Ekonom High Frequency Economics, memprediksi harga telur tetap tinggi hingga Q3 2025. “Supply shock ini tidak mudah diatasi dalam waktu singkat,” ujarnya.


Fed di Persimpangan: Antara Supply Shock dan Ekspektasi Inflasi

Meski inflasi umum turun, Fed waspada terhadap dua risiko kritis:

1. Efek Psikologis Harga Telur

Telur termasuk barang konsumen paling terlihat (highly visible item). Kenaikannya berpotensi mengubah persepsi publik:

  • Survei Universitas Michigan: Ekspektasi inflasi konsumen Februari 2025 tertinggi sejak November 2023.
  • Efek Domino: Jika masyarakat mengira kenaikan harga akan meluas, permintaan upah dan kenaikan harga produsen bisa memicu inflasi berulang.

2. Ancaman Kebijakan Tarif Trump

Proposal tarif impor Donald Trump disebut berpotensi menciptakan supply shock kedua:

  • Kenaikan Harga Impor: Barang elektronik, baja, hingga mobil bisa naik 10-60% jika tarif diberlakukan.
  • Retaliatory Measures: Negara lain mungkin membalas dengan tarif ekspor AS, memperparah tekanan inflasi.

Matthew Luzzetti, Ekonom Deutsche Bank, menegaskan: “Pasar kini lebih khawatir pada tarif ketimbang telur. Ini bisa jadi pemicu inflasi luas.”


Strategi Fed: Pertahankan Suku Bunga Tinggi atau Ambil Risiko Resesi?

Fed saat ini mempertahankan suku bunga acuan di 5.25-5.5% – level tertinggi sejak 2001. Keputusan ini didasari dua pertimbangan:

  1. Suku Bunga Restriktif: Diyakini masih efektif perlambat ekonomi tanpa picu resesi.
  2. Kekhawatiran ‘Unanchoring’: Jika ekspektasi inflasi lepas kendali, Fed terpaksa naikkan suku bunga lebih tinggi.

Namun, langkah ini berisiko:

  • Tekanan Sektor Riil: UMKM dan debitur KPR mulai kesulitan bayar cicilan.
  • Pasar Keuangan: Yield obligasi pemerintah 10-tahun AS telah menyentuh 4.8%, tertinggi sejak 2007.

Prediksi Ekonom: Inflasi 2025 Bisa Melambung ke 3.5%

Analisis Comerica memproyeksikan tiga skenario inflasi 2025:

  1. Skenario Base Case (60%): Inflasi turun ke 2.2% jika pasokan telur pulih dan tarif Trump tidak berlaku.
  2. Skenario Moderate Shock (30%): Inflasi 3.1% akibat kombinasi kenaikan tarif parsial dan ekspektasi konsumen.
  3. Skenario Severe Shock (10%): Inflasi 4.5% jika wabah flu burung meluas + tarif Trump penuh + eskalasi geopolitik.

Bill Adams, Kepala Ekonom Comerica, mengingatkan: “Fed harus belajar dari kesalahan 2021. Apa yang dianggap ‘sementara’ bisa berubah jadi krisis.”


Kesimpulan: Bisakah Fed Menghindari Stagflasi?

Kombinasi supply shock (telur + tarif) dan ekspektasi inflasi yang meningkat menempatkan Fed dalam situasi policy dilemma:

  • Jika pertahankan suku bunga tinggi terlalu lama → risiko resesi dan pengangguran.
  • Jika turunkan suku bunga prematur → inflasi bisa lepas kendali.

Kunci solusinya terletak pada koordinasi kebijakan:

  • Intervensi Sektor Pertanian: Subsidi peternak untuk percepat pemulihan pasokan telur.
  • Lobi Politik: Tekan Trump untuk moderasi kebijakan tarif.
  • Kampanye Publik: Edukasi masyarakat bahwa kenaikan telur bersifat sementara.

Source : Tradingview News

DISCLAIMER

Tidak ada anjuran atau rekomendasi membeli atau menjual aset investasi apapun dalam setiap artikel yang sudah ditulis.

Cek Price Action Sekarang