Baru-baru ini, data dari platform Cryptoquant mengungkapkan tren penurunan signifikan dalam saldo Bitcoin di pasar Over-the-Counter (OTC). Fenomena ini memicu spekulasi tentang kelangkaan pasokan Bitcoin di pasar terbuka dan potensi dampaknya terhadap harga.
Artikel ini membahas penyebab, implikasi, dan masa depan BTC terkait tren ini.
Bitcoin OTC Desk balance is declining sharply
— CryptoQuant.com (@cryptoquant_com) February 10, 2025
βIn September 2021 the OTC desk balance was around 480k BTC and today it sits at 146k BTC left.β β By @Darkfost_Coc
Read more πhttps://t.co/RCNlSeauDT pic.twitter.com/S0P2jLu8ta
Apa Itu Pasar OTC dan Mengapa Penting?
Pasar Over-the-Counter (OTC) adalah platform untuk transaksi aset kriptu dalam volume besar tanpa memengaruhi harga pasar secara langsung. OTC menjadi pilihan utama institusi dan investor “whale” yang ingin menghindari volatilitas tinggi di bursa reguler. Saldo Bitcoin di OTC mencerminkan persediaan likuid yang siap dijual ke pembeli besar.
Mengapa Penurunan Saldo OTC Menjadi Sorotan?
- Penurunan Pasokan Likuid: Saldo OTC yang rendah mengindikasikan berkurangnya Bitcoin yang tersedia untuk transaksi besar.
- Akumulasi Jangka Panjang: Banyak institusi mungkin menahan BTC sebagai aset strategis, mengurangi pasokan di pasar.
- Indikator Kelangkaan: Jika tren berlanjut, kelangkaan ini berpotensi memicu kenaikan harga akibat ketidakseimbangan permintaan-pasokan.
Data Terkini: Seberapa Drastis Penurunan Saldo OTC?
Menurut laporan dari cryptoquant, saldo Bitcoin di platform OTC turun lebih dari 40% dalam 12 bulan terakhir. Beberapa penyebab utama meliputi:
- Pembelian ETF Bitcoin: Institusi seperti BlackRock dan Fidelity mengakumulasi BTC melalui ETF, mengurangi pasokan OTC.
- Strategi Hodl oleh Whale: Pemegang dompet besar cenderung menahan BTC lebih lama, terutama menjelang halving.
- Peningkatan Permintaan dari Negara: Negara seperti El Salvador dan perusahaan publik terus menambah cadangan Bitcoin.
Dampak terhadap Pasokan Pasar dan Harga BTC
Penurunan saldo OTC berpotensi menciptakan supply shock, di mana permintaan tinggi tidak diimbangi pasokan yang cukup. Berikut skenario yang mungkin terjadi:
- Kenaikan Harga Jangka Pendek: Kelangkaan likuiditas di OTC bisa mendorong pembeli institusi ke bursa terbuka, meningkatkan volatilitas dan harga.
- Perilaku Investor Berubah: Trader ritel mungkin mengikuti tren akumulasi, memperkuat momentum bullish.
- Peningkatan Volatilitas: Pasokan terbatas membuat harga lebih rentan terhadap sentimen pasar dan berita makro.
Mengapa Institusi Lebih Memilih Akumulasi Bitcoin?
- Lindung Nilai Inflasi: BTC dianggap sebagai “emas digital” yang melindungi kekayaan dari gejolak ekonomi.
- Regulasi yang Jelas: Legalitas ETF Bitcoin di AS memberi kepastian hukum bagi investor institusi.
- Persiapan Menuju Halving 2024: Event halving akan mengurangi imbal hasil penambangan, memicu ekspektasi kenaikan harga.
Apa yang Harus Diperhatikan Investor?
- Pantau Data On-Chain: Layanan seperti Glassnode atau CryptoQuant menyediakan analisis real-time tentang pergerakan saldo OTC.
- Perkembangan ETF: Aliran dana masuk/keluar ETF Bitcoin bisa menjadi sinyal permintaan institusi.
- Kebijakan Moneter Global: Suku bunga dan kebijakan bank sentral memengaruhi preferensi investor terhadap aset berisiko seperti BTC.
Kesimpulan: Apakah Bitcoin Menuju Kelangkaan Ekstrim?
Penurunan saldo Bitcoin di OTC bukan hanya indikator kelangkaan, tetapi juga mencerminkan pergeseran pasar menuju adopsi institusional.
Jika tren akumulasi berlanjut, BTC bisa mengalami kenaikan harga signifikan dalam beberapa kuartal ke depan.
Namun, investor perlu tetap waspada terhadap risiko makroekonomi dan regulasi yang mungkin menghambat momentum ini.
Source : Tradingview News