Pengadilan Federal Washington, DC kembali menjatuhkan hukuman penjara terhadap Firoz Patel, pendiri platform pembayaran berbasis kripto Payza, akibat upayanya menyembunyikan 450 Bitcoin (senilai lebih dari $43,5 juta) dari penyitaan pemerintah. Putusan ini menambah masa tahanan Patel menjadi 41 bulan, diumumkan oleh Departemen Kehakiman AS (DOJ) pada 6 Februari 2024. Kasus ini menjadi sorotan luas karena melibatkan skema pencucian uang, penyamaran aset kripto, dan upaya kabur dari hukum AS.
Latar Belakang Kasus: Operasi Ilegal Payza dan Vonis Awal Tahun 2020
Pada tahun 2020, Patel telah dijatuhi hukuman 3 tahun penjara plus 2 tahun pembebasan bersyarat setelah mengaku bersalah atas tuduhan konspirasi mengoperasikan bisnis pengiriman uang tanpa izin dan pencucian uang. Saat itu, pengadilan mengetahui bahwa Payza—yang awalnya bernama AlertPay (didirikan Patel pada 2004)—telah memproses transaksi kripto di AS tanpa lisensi resmi. Platform ini juga diduga melayani pelaku skema piramida, Ponzi, dan pencucian uang global.
Sebagai bagian dari vonis 2020, Patel diwajibkan menyerahkan seluruh aset yang diperoleh dari operasi Payza. Namun, Patel mengklaim hanya memiliki $30.000 di akun pensiun. Padahal, investigasi DOJ menemukan bahwa ia menyimpan 450 BTC yang disembunyikan melalui serangkaian manipulasi akun pertukaran kripto.
Upaya Patel Menyembunyikan 450 Bitcoin: Dari Binance hingga Blockchain.com
Setelah vonis 2020, Patel langsung beraksi untuk mengamankan aset kriptonya. Menurut dokumen pengadilan, ia mencoba mentransfer 450 BTC ke akun Binance pada April 2021. Namun, platform tersebut menandai transaksinya sebagai mencurigakan dan memblokir akunnya. Patel kemudian beralih ke Blockchain.com dengan membuka akun atas nama ayahnya. Lagi-lagi, transfer BTC-nya terdeteksi sebagai pencucian uang, dan dana tersebut dibekukan oleh pertukaran.
Tak menyerah, Patel meminta rekan bisnis Payza untuk memberikan identitas palsu ke Blockchain.com guna mencairkan dana. Upaya ini juga gagal setelah tim investigasi DOJ melacak komunikasi Patel dan mengumpulkan bukti transaksi ilegal.
Skema Pengacara Palsu dan Rencana Kabur dari AS
Saat menjalani hukuman 3 tahun, Patel mengetahui bahwa DOJ sedang menyelidiki 450 BTC yang disembunyikannya. Menjelang tanggal bebasnya, ia merekrut seseorang untuk memalsukan identitas sebagai pengacara. Tujuannya adalah menipu jaksa agar mempercayai bahwa aset kriptonya telah hilang, sehingga Patel bisa bebas dan langsung melarikan diri dari AS.
Namun, rencana ini digagalkan oleh penyidik FBI yang memantau komunikasi Patel. Pada September 2023, Patel akhirnya mengaku bersalah atas tuduhan menghalangi proses hukum (obstruction of an official proceeding). Hakim Dabney Friedrich dari Pengadilan Federal Washington, DC, kemudian menjatuhkan hukuman tambahan 3,5 tahun penjara pada Februari 2024.
Detail Putusan Terbaru: Hukuman Tambahan dan Penyitaan Aset
Selain hukuman penjara, Hakim Friedrich juga memerintahkan:
- Pembebasan bersyarat selama 3 tahun setelah masa tahanan selesai.
- Penyitaan 450 BTC (senilai $43,5 juta) yang masih dibekukan di Blockchain.com.
- Pembayaran ganti rugi senilai $24 juta kepada pemerintah AS.
Dengan putusan ini, total kerugian yang harus ditanggung Patel mencapai $67,5 juta (termasuk BTC yang disita). DOJ menegaskan bahwa keputusan ini mencerminkan komitmen AS dalam memberantas kejahatan finansial berbasis kripto.
Analisis Dampak Kasus Patel terhadap Industri Kripto Global
Kasus Firoz Patel menjadi presiden penting dalam regulasi kripto di AS dan Kanada. Berikut poin-poin kritis yang perlu dicatat:
1. Peningkatan Pengawasan terhadap Pertukaran Kripto
- Binance dan Blockchain.com disebut sebagai pihak yang berperan aktif melaporkan transaksi mencurigakan. Ini menunjukkan kolaborasi antara platform kripto dan regulator untuk mencegah pencucian uang.
- Pertukaran kini diwajibkan menerapkan Know Your Customer (KYC) dan Anti-Money Laundering (AML) lebih ketat.
2. Risiko Hukum bagi Pendiri Startup Kripto
- Patel adalah contoh pendiri startup yang mengabaikan kepatuhan regulasi. Kasus ini mengingatkan pelaku industri untuk memprioritaskan lisensi operasi dan transparansi keuangan.
3. Teknologi Pelacakan Blockchain oleh Penegak Hukum
- DOJ membuktikan kemampuan mereka melacak pergerakan BTC melalui blockchain, meskipun Patel menggunakan akun atas nama pihak ketiga. Ini menjadi peringatan bahwa anonimitas kripto tidak mutlak.
Kronologi Lengkap Kasus Hukum Firoz Patel
Tahun | Peristiwa |
---|---|
2004 | Patel mendirikan AlertPay, platform pembayaran digital. |
2012 | AlertPay berganti nama menjadi Payza dan mulai menerima transaksi kripto. |
2018 | DOJ menyelidiki Payza atas dugaan pencucian uang dan operasi tanpa izin. |
2020 | Patel mengaku bersalah, dihukum 3 tahun penjara + 2 tahun pembebasan bersyarat. |
2021 | Patel mencoba transfer BTC ke Binance dan Blockchain.com; akun dibekukan. |
2023 | Patel merekrut pengacara palsu; DOJ mengungkap skema dan menambah tuntutan. |
2024 | Vonis tambahan 3,5 tahun penjara + denda $67,5 juta diumumkan. |
Pelajaran dari Kasus Payza: Kepatuhan Regulasi adalah Kunci
Kasus Patel mengajarkan beberapa hal krusial bagi pelaku industri kripto:
- Transparansi Aset: Penyembunyian aset kripto melalui akun pihak ketiga atau identitas palsu semakin mudah dilacak berkat teknologi blockchain.
- Kolaborasi Global: Regulator AS, Kanada, dan platform kripto internasional bekerja sama menindak kejahatan finansial.
- Konsekuensi Hukum Berlapis: Pelanggaran regulasi tidak hanya berujung pada denda, tetapi juga hukuman penjara bertahun-tahun dan penyitaan aset.
Disclaimer: Artikel ini disusun berdasarkan informasi publik dari Departemen Kehakiman AS dan dokumen pengadilan. Kami tidak memberikan saran hukum atau finansial. Untuk detail resmi, kunjungi situs web DOJ.